Awal
tahun 2015, masyarakat dikejutkan dengan kisah seorang remaja yang mengakhiri
hidupnya secara tragis dengan cara bunuh diri yang dilakukannya didalam lemari
pakaiannya, kisah ini semakin tragis, penyebab dari keputusan ini karena
kekecewaan Rangga terhadap kedua orang tuanya yang bercerai, ditambah rasa
rindu terhadap ayah yang tidak tersampaikan, beberapa kali janji yang diberikan
untuk ketemu tidak terwujud.
Banyak kejadian yang
menghentakkan diri, contoh lain yaitu penyalahgunaan narkoba terus menjadi
ritus yang menghantui anak-anak di republik ini. Berdasarkan data dari Deputi
Pencegahan BNN Angka kematian akibat penyalahgunaan narkoba diperkirakan
mencapai 104.000 orang yang berumur 15 tahun dan 263.000 orang yang berumur 64
tahun. Mereka meninggal akibat mengalami overdosis. Dalam perspektif Kartini (2002) beberapa teori penyebab
kenakalan remaja, salah satunya adalah teori psikogenesis. Teori ini menekankan
sebab-sebab tingkah laku deliquen
atau kenakalan dari aspek psikologis
atau kejiwaan. Beberapa faktor yang berangkat dari teori psikogenesis adalah
orang tua broken home atau bercerai
yang diawali “perang dingin” dalam keluarga.
Berangkat
dari fakta diatas, beberapa hari ini Pemuda Muhammadiyah telah membuat suatu
inisiasi besar melalui sebuah gerakan moral berupa gerakan #ayahhebat. Bagi
Pemuda Muhammadiyah, membangun peradaban ummat harus dimulai dari unit terkecil
yaitu diri sendiri dan keluarga, bukan orang lain, bukan pula terus menuntut,
berkeluh kesah, tapi juga berbenah dan berbuat secara nyata.
Gerakan
ini sesungguhnya berangkat dari nilai-nilai historitas perjuangan sosok – sosok
tokoh masa lalu, tokoh yang paling dekat bagi Pemuda Muhammadiyah yaitu KH Ahmad
Dahlan. Sosok sederhana, pembaharu, dan merupakan imam keluarga, kisah
kesederhanaan KH Ahmad Dahlan ini menjadi nilai keluarga dengan wasiat terakhir
“Hidup hidupilah Muhammadiyah dan jangan
mencari Hidup di Muhammadiyah. Rumah dijadikan sebagai pusat pembelajar,
tidak menjadikan ayah selaku pencari harta tetapi ayah sebagai sumber
inspirasi. Ayah bukan sebatas ‘mesin’ pengumpul harta tapi pemberi nilai
keteladanan, Guru besar umat ini mengingatkan kita peran ayah. Kejujuran,
integritas dan keikhlasan menjadi dasar nilai rumah mereka.
Masa tumbuh kembang anak
merupakan masa yang sangat krusial untuk membangun karakter anak, pada usia
tersebut anak membutuhkan figur langsung yang mampu memberikan contoh baik
untuk anak karena kepribadian anak dimasa dewasa akan dilihat dari pola relasi
masa kecilnya anak. Arnold Gesel menjelaskan sejak usia satu tahun, anak
memiliki pengenalan akan identitas dirinya yang mendalam juga akan menjadi
benih pertumbuhan kepribadiannya di masa dewasa. Salah satu unsur pola relasi
yang penting antara orang tua-anak pada masa bayi dan kanak-kanak disebut pola
pertautan (attachment).
Bahkan
menurut seorang psikolog dari Inggris John Bowlby, kelekatan merupakan suatu
ikatan emosional yang kuat yang dikembangkan anak melalui interaksinya dengan
orang yang mempunyai arti khusus dalam kehidupannya, biasanya orang tua. Pengertian
ini sejalan dengan apa yang dikemukakan Ainsworth mengenai kelekatan. Tidak
semua hubungan yang bersifat emosional atau afektif dapat disebut kelekatan.
Adapun ciri afektif yang menunjukkan kelekatan adalah: hubungan bertahan cukup
lama, ikatan tetap ada walaupun figur lekat tidak tampak dalam jangkauan mata
anak, bahkan jika figur digantikan oleh orang lain dan kelekatan dengan figure
lekat akan menimbulkan rasa aman.
Dari
semua itu Pemuda Muhammadiyah ingin mengembalikan dakwah itu ke rumah dengan
“pintu masuk” seorang ayah. Gerakan ini cukup sederhana akan tetapi gerakan ini
akan menjadi langkah kongkrit dalam membangun sebuah keadaban. Apakah kita pernah meluangkan waktu untuk
mengantar anak kita ke sekolah, mengajak anak
berjamaah di masjid atau sekedar bertanya apakah ananda sudah berbuat
baik hari ini? Atau sebaliknya kita dekat tapi secara psikologis kita berjarak
dengan mereka? Bagaimana pun, apapun jabatan, profesi, pangkat kita dihadapan
mereka, kita adalah tetap seorang Ayah. [Rendra Agusta]
* Versi cetak dimuat di Harian Kedaulatan Rakyat, 14 Januari 2016
0 komentar:
Posting Komentar